Tips Mengelola Emosi di Bulan Puasa

Emosi merupakan perasaan kuat atau intens yang kita miliki, sebagai reaksi terhadap suatu kejadian, keadaan, atau interaksi dengan orang lain. Emosi dapat muncul sebagai reaksi kita terhadap kondisi atau pun reaksi kita terhadap kesadaran akan kemampuan kita menghadapi kondisi tersebut. Tujuan utama dari emosi sebetulnya baik, yaitu untuk beradaptasi dengan keadaan yang ada. Merasakan emosi membantu kita paham apa yang sedang terjadi, sehingga kita dapat mempersiapkan diri apa yang perlu dilakukan dalam situasi tersebut.

Berpuasa di bulan suci Ramadhan, bagi umat Muslim, selain menahan rasa haus dan lapar, merupakan hal yang tidak kalah penting untuk menjaga emosi, terutama emosi marah. Emosi marah merupakan reaksi segera terhadap kondisi (dalam diri maupun luar diri) dimana kita menganggap kejadian atau sesuatu tersebut tidak adil bagi diri kita. Marah merupakan emosi yang punya kekuatan dan energi yang besar, dapat mendorong seseorang melakukan sesuatu di luar kesadaran, bersikap agresif, atau pun termotivasi melakukan sesuatu.

Merasakan emosi marah sebetulnya adalah hal yang normal, wajar dan sehari-hari dapat kita rasakan, tetapi yang seringkali menjadi masalah adalah tingkah laku yang kita munculkan saat sedang marah. Kita seringkali memunculkan sikap atau tindakan yang kurang sehat, sehingga berdampak negatif pada diri maupun orang sekitar.

Jadi, hal yang paling penting dilakukan saat sedang merasa marah atau kesal terhadap suatu kondisi, adalah mengelola dan menjaga agar kita tidak melakukan hal-hal yang akan membuat kita menyesal di kemudian hari. Berikut ini beberapa tips mengelola emosi secara sehat, sehingga dapat membuat kita memunculkan sikap yang adaptif dan menjaga kualitas ibadah puasa kita di bulan suci Ramadhan.

1. Sadari pemicu dan tanda-tanda

Kenali situasi, kejadian atau momen-monen yang dapat membuat kita merasa kesal, marah, tidak nyaman. Hal ini dimaksud agar kita dapat mempersiapkan diri lebih baik, dapat menghindari situasi tersebut jika memungkinkan, atau pun mempersiapkan strategi yang dapat dilakukan dengan lebih baik ketika perlu berhadapan dengan situasi tersebut. Sadari juga gejala fisik, tingkah laku, dan juga pemikiran yang mulai muncul di situasi tersebut.

Misalnya tangan mulai gemetar, mata melotot, suara meninggi, jantung berdetak, atau pun mulai berpikir tidak ada yang mengerti kita, dan lainnya yang dapat menjadi penanda bahwa situasi ini menjadi pemicu kita untuk merasakan emosi yang intens dan sulit untuk dikendalikan. Dengan demikian, selain dapat lebih memahami diri, kita juga berpotensi lebih dapat sadar dan mengendalikan diri saat situasi tidak menyenangkan terjadi.

 

Baca Lebih Lanjut »

 

Penulis

Muthmainah Mufidah, M.Psi., Psikolog (Arsanara)

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Keranjang Belanja