Momen lebaran biasanya menjadi sarana bersilaturahmi dengan keluarga besar. Lebaran tahun ini mungkin terasa lebih istimewa karena kondisi pandemi tiga tahun belakangan membuat interaksi kita dengan keluarga cukup terbatas. Bertemu dengan keluarga besar dapat memunculkan perasaan bahagia, tetapi mungkin juga memunculkan perasaan-perasaan yang kurang nyaman, khususnya jika ada anggota keluarga yang memiliki nilai atau cara pandang yang berbeda dengan kita atau kerap melakukan sesuatu yang membuat kita merasa kurang nyaman, misalnya menanyakan hal yang terlalu personal atau mengeluarkan komentar yang menyinggung perasaan kita.
Hadapi Komentar Negatif dari Kerabat Saat Lebaran
Berikut beberapa hal yang dapat dilakukan jika mendapatkan komentar yang kurang menyenangkan dari kerabat:
1. Usahakan agar tetap tenang, meskipun ucapan tersebut membuat kita merasa tersinggung, marah, atau sedih. Tarik napas panjang sebelum memberikan jawaban. Berikan pula kalimat-kalimat afirmasi untuk diri sendiri untuk menenangkan diri.Merespons dengan marah atau defensif justru dapat memperkeruh suasana dan membuat kita merasa semakin tidak nyaman. Sebisa mungkin, berikan jawaban netral yang tidak memancing pertanyaan lanjutan. Misalnya, “Mohon doanya aja ya Om.”
2. Atur batasan. Jika ada anggota keluarga yang terus memberikan komentar atau melakukan sesuatu yang menurut kita sudah di luar batas, beri tahu mereka secara asertif bahwa hal tersebut membuat kita merasa tidak nyaman. Pastikan kita mengutarakan hal tersebut dengan tenang dan sopan, misalnya, “Maaf ya Tante, saya kurang nyaman kalau ditanya tentang itu.”
3. Ganti topiknya. Jika percakapan yang dilakukan semakin terasa tidak menyenangkan, coba ganti topiknya dengan membahas hal lain yang netral atau positif, misalnya terkait berita terkini atau menanyakan tentang kehidupan lawan bicara yang positif dan dapat membuat ia berhenti membahas hal-hal yang membuat kita kurang nyaman. Misalnya, “Oh iya Om. Kemarin Aku dengar anak Om sudah diwisuda, ya?”.
4. Berjeda jika sudah tidak kondusif. Jika kita sudah terlalu emosional dan tidak lagi mampu merangkai kata dengan baik, tidak apa-apa jika kita berjeda dulu, misalnya dengan pergi ke kamar kecil atau mengambil minuman. Gunakan waktu jeda ini untuk menenangkan diri dan mengenali perasaan apa saja yang muncul. Mungkin kita merasa sedih, kaget, kecewa, dan sebagainya. Apapun itu, terima semua perasaan yang muncul.
Kita juga mungkin saja merasakan perasaan yang berlawanan sekaligus; misalnya merasa sangat kesal karena diberikan label yang kurang menyenangkan oleh kerabat, tetapi juga sangat bersyukur karena pernah dibantu secara finansial oleh kerabat tersebut.
5. Mencari dukungan dari orang yang tepercaya. Dekati anggota keluarga lain yang membuat kita merasa nyaman, atau hubungi teman. Misalnya melalui aplikasi chat untuk bercerita). Jika memungkinkan, kita juga dapat meminta anggota keluarga tersebut untuk mendampingi kita saat berinteraksi dengan keluarga besar.
6. Lakukan antisipasi. Jika ada kerabat atau anggota keluarga yang memang selalu menyinggung perasaan kita, kita dapat menghindar untuk duduk di dekat orang tersebut, atau selalu memulai percakapan dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan seputar hidup mereka, untuk menghindari komentar-komentar tentang hidup kita.Antisipasi juga perlu dilakukan jika kita memang baru saja mengalami transisi besar atau memiliki isu yang mungkin membuat orang lain merasa khawatir. Misalnya ketika baru bercerai, kehilangan pekerjaan, dan sebagainya). Bayangkan pertanyaan atau komentar-komentar yang mungkin muncul dari kerabat dan siapkan beberapa skenario untuk meresponsnya.