Stimulasi Anak Usia Dini: Apakah Batita Sudah Perlu ‘Sekolah’?

Akhir-akhir ini, semakin banyak pilihan kelas-kelas stimulasi yang dapat diikuti oleh bayi sejak usia 6 bulan. ‘Sekolah bayi’ seakan menjadi tren baru di kalangan ibu-ibu, terutama di kota-kota besar. Sensory class, baby gym, baby swimming adalah beberapa jenis kelas yang menjadi pilihan. Tren ini mungkin menimbulkan pertanyaan bagi para orang tua baru: apakah anak usia batita sudah perlu sekolah? Sejak usia berapa? Dengan harganya yang tidak murah, apakah manfaat yang didapatkan akan sebanding?.

Alasan Sekolah untuk Batita

Tidak dapat dipungkiri, keinginan untuk mengikuti tren ini pasti dirasakan oleh para orang tua yang memiliki anak berusia 0-3 tahun. Beberapa hal yang menjadi alasannya:

1. Periode Emas Perkembangan Anak

Perkembangan otak anak memang paling pesat dalam tiga tahun pertama kehidupannya. Bahkan, 80% struktur otak manusia dibentuk pada periode ini. Artinya, anak sedang berada dalam fase yang sangat efektif untuk belajar hal baru. Otak anak bagaikan spons yang begitu mudah menyerap informasi dari sekitarnya. Tentu, orang tua ingin memanfaatkan kesempatan emas ini dengan sebaik-baiknya.

2. Stimulasi yang Beragam

Kelas-kelas untuk bayi dan batita memang dirancang untuk memberikan pengalaman yang kaya dan beragam. Misalnya, dalam satu sesi sensory class, anak akan diajak untuk latihan merangkak, menyanyi, menari, mendengarkan cerita, melukis dengan adonan tepung, memegang balok-balok es batu warna-warni, bermain dengan balon sabun, dan sebagainya. Aktivitas sebanyak ini belum tentu bisa anak dapatkan sehari-hari di rumah. Ditambah lagi, tempat dimana kelas-kelas ini diselenggarakan juga mungkin merupakan hal baru yang sulit disediakan di rumah, misalnya area playground yang luas atau gym yang ramah anak.

3. Interaksi dengan Anak Sebaya

Dengan mengikuti kelas-kelas bayi dan batita, anak berkesempatan untuk bertemu dan berinteraksi dengan anak-anak lain seusianya. Kesempatan ini mungkin tergolong langka bagi sebagian keluarga, padahal tentu bermanfaat untuk melatih keterampilan sosial anak.

4. Sarana Bersosialisasi bagi Ibu

Tidak hanya untuk anak, para ibu yang mendampingi juga berkesempatan untuk bertemu ibu-ibu lain dengan anak yang sebaya, sehingga dapat membangun percakapan dengan mudah. Bagi sebagian ibu yang kesehariannya hanya di rumah bersama anak, kesempatan ini bisa terasa seperti rekreasi dan bermanfaat untuk kesehatan mentalnya.

Tips Stimulasi Batita di Rumah

Namun, terlepas dari manfaatnya, perlu diingat bahwa kegiatan ini hanya bersifat tambahan atau pengayaan bagi bayi dan batita. Dengan kata lain, jika kita tidak pernah mengikutsertakan anak ke kelas-kelas stimulasi ini, bukan berarti anak akan tertinggal atau kehilangan apapun.

Perlu diingat bahwa pada dasarnya, anak dapat belajar kapan saja dan dari mana saja, termasuk melalui kegiatan sehari-hari seperti diajak bicara oleh orangtua, dibacakan buku, makan, melihat dan menyentuh benda-benda, dan aktivitas lainnya. Tidak harus ada aktivitas terstruktur untuk anak belajar.

Selain itu, dapat dipahami bahwa setiap keluarga memiliki prioritas yang berbeda. Kegiatan stimulasi berupa kelas-kelas seperti ini tentu akan menjadi pengeluaran ekstra dan juga membutuhkan waktu, energi, dan usaha ekstra bagi keluarga. Tentunya, tidak semua keluarga mampu menjadikannya prioritas. Jika kita termasuk orang tua yang tidak mengikutsertakan anak ke kelas-kelas stimulasi, ingatlah bahwa bukan berarti kita kurang maksimal memberi untuk anak. Jadi, tidak perlu berkecil hati ya!.

Berikut beberapa tips yang dapat dilakukan agar stimulasi di rumah tetap optimal:

  1. Fokus membangun hubungan yang hangat dan responsif, karena anak berada dalam kondisi terbaik untuk belajar ketika merasa aman dan nyaman.
  2. Berikan kesempatan anak untuk mengeksplorasi dunia dengan inderanya. Ingat-ingat ketujuh indera manusia: penglihatan, pendengaran, penciuman, peraba, perasa, keseimbangan, dan kesadaran posisi tubuh. Semakin banyak indera yang terlibat, semakin baik. Usahakan tetap memberikan pengalaman baru yang beragam meskipun hanya di rumah dan lingkungan sekitar. Misalnya:
  • Memegang tekstur makanannya yang berbeda-beda
  • Bermain dengan benda-benda rumah tangga yang aman (remote TV, centong nasi, dsb)
  • Berjalan-jalan di dekat rumah sambil mengamati pemandangan dan mendengar suara-suara di sekitar
  1. Pastikan setiap hari ada kegiatan yang menstimulasi masing-masing area perkembangan anak, misalnya:
  • Motorik kasar: latihan merangkak/berjalan, bermain di taman
  • Motorik halus: latihan menyendok saat makan
  • Bahasa: membaca buku
  • Kognitif: bermain cilukba
  • Sosial emosional: quality time dengan orang tua

Stimulasi anak usia dini memang sangat penting, tapi sebenarnya dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana sekalipun. Tidak perlu merasa tertinggal jika tidak bisa mengikuti tren ‘sekolah bayi’ ini. Tetap semangat menjadi pendidik pertama bagi anak-anak kita ya!

Jika Anda masih memiliki pertanyaan seputar psikologi anak, keluarga, karier atau psikologi klinis lainnya, segera log in ke daya.id dan gunakan fitur Tanya Ahli untuk mendapat jawaban langsung dari ahlinya. Pastikan Anda sudah mendaftar di daya.id untuk mendapatkan informasi dan tips bermanfaat lainnya secara gratis.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *